Kamis, 04 Juni 2015

AJARAN HINDU DHARMA TENTANG KETUHANAN KONSEP KETUHANAN / PARA DEWA, TRIMURTI, SEMBAHYANG

KELOMPOK 4 
RESUM
AJARAN HINDU DHARMA TENTANG KETUHANAN
KONSEP KETUHANAN / PARA DEWA, TRIMURTI, SEMBAHYANG
Resum ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mata kuliah Hindu Budha di Indonesia 
di susun oleh 
Mulyadi 
Aziz Rahmat Najib
Ali zainal abidin 
M. rahmat ramadhan 
Ririn Novita Sari  
Hendri
  1. Konsep Ketuhanan
Dalam sistem kepercayaan agama Hindu memiliki berbagai sifat misalnya saja Monoteime, penteisme, ateisme, politeisme, monisme. Memang dalam memahami ketuhanan agama Hindu itu agak sulit untuk mengetahui secara pastinya apakah ia percaya akan Monoteisme atau Politeisme dan sebagainya. Ini harus menggunakan pengkajian langgsung terhadap orang Hindu itu sendiri supaya kita mendapatkan informasi yang lebih jelas.
Pada dasarnya dari keseluruan atau inti sari kepercayaan agama Hindu ialah meng-Esa-kan Tuhan-Nya yang dimana mereka itu berkeyakinan bahwa Tuhan itu hanya satu tidak ada yang lain. Akan tetapi mereka menamakannya berbeda beda. Memang kita mengenal bahwa orang hindu itu memiliki tiga tuhan atau yang di sebut dengan Trimurti yaitu Dewa Brahman, Dewa Wisnu, Dewa Siwa.
Sebelum kita membehas lebih jauh kepada Trimurti kita harus tahu juga akan perbedaan konsep Tuhan dan Dewa, karena dalam ketuhanan Hindu itu Dewa itu bukan tuhan akan tetapi reprensentasi dari Tuhan. Maksudnya ialah umat Hindu itu percaya akan Tuhan Yang Maha Esa yang dimana ia itu tidak bisa digambarkan, dinamai, dikasih jenis kelamin dan lain sebagainya akan tetapi manusia juga harus mengenalnya dengan dekat akan tuhan tersebut maka diambilah beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan tersebut misal Sang Pencipta, Sang Pemelihara dan Sang Pelebur.
Pada dasarnya dewa itu merupakan pancaran atau sinar dari Tuhan itu tersebut. Berdasarkan dari segi bahasa kata Dewa berasal dari bahasa sangsekerta “Div” artinya Sinar jadi pengertan Dewa dalam keyakinan agama Hindu ialah merupakan repsentasi dari Tuhan itu sendiri atau sinar dari kemulyaan tuhan itu sendiri.
Apabila kita melihat kebelakan akan perkembangan konsep keTuhanan agama Hindu pada zaman Weda, zaman Brahman, zaman Uphanisad yang dimana konsep ketuhanan mereka masih belum sempurna misalnya saja pada pereodisasi zaman Weda itu umat Hindu masih belum sama sekali mengenal Tuhan mereka akan tetapi mereka masih mempercayai akan kekuatan kekuatan yang ada di sekitar mereka. Maka ketika zaman Brahmana datang mereka mulai mengetahui akan tuhan mereka yang dimana ternyata segala kekuatan yang ada di seluruh dunia ini ada yang mengendalikkan nya yaitu Tuhannya.
Setelah mereka mengetahui Tuhan mereka yang dimana di indonesia itu dinamakan dengan Sang Hyang Widi Wasa berdasarkan dari arti bahasa yaitu “Widhi” ialah “Takdir” sedangkan “Wasa” ialah “Yang Maha Kuasa” jadi bisa dikatakan bahwa Yang maha kuasa yang mentakdirkan segala yang ada. Mereka mulai dari sini mereka memiliki keyakinan yang dimana tidak hanya kepada keyakinan kepeda Tuhanya terhadap kekuatan dan kejadian yang lain misanya saja di agama hindu terdapat lima keyakinan atau Panca Srada : percaya kepada Brahma, percaya kepada Atman, percaya kepada Karma pala, percaya kepada Reingkarnasi, Percaya kepada Moksa.
Seseungguhnya dalam mengetahui Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu itu ada tiga tahapan yaitu Agama Pramana, Anumana Pramana, Pratyaksa Pramana. Ini merupakan tingkatan dalam mengetahui Tuhan dengan menggunakan Filsafat atau Tattwa.
Ada pun maksud dari Agama Pramana ialah ketika seseorang diperlihatkan akan sebuah kebenaran akan tetapi ia hanya mempercayainya saja tidak dengan dikaji atau diteliti lagi. Atau juga bisa dikatakan sebagai sebuah pengetahuan yang didapatkan entah dari para Resi atau dari kitab mereka akan tetapi mereka tidak memperdalam. Misalnya saja umat Hindu mempercayai bahwa Sang Hyang Widi Wasa itu pernah menjelma menjadi sembilan bentuk menurut kitab suci yang mereka baca kemudian mereka langgsung percaya tidak dipahami atau di teliti lagi.
Sedangkan Anumana Pranama ialah cara untuk mengetahui Tuhan dengan menyakini seseuatuberdasarkan perhitungan yang logis yang kemudian diambil sebuah kesimpulan yang logis atau mengambil kesimpulan dari berbagai gejala gejala yang ada di sekitar kita, misalnya saja ketika melihat kenapa Bumi itu bisa memiliki dua waktu antara waktu siang dan waktu malam, kenapa bumi bisa berputar dengan teratur di garis edarnya, kenapa ada hujan, kenapa ada panas dan lain sebagainya. Ini semua pasti ada yang mengendalikannya tidak mungkin mereka bisa ada.
Nah dari sini mereka mulai mengetahui akan adanya Sang Hyang Widhi Wasa yang dimana di dapatkan dari tahapan pengamatan gejala gejala yang ada di sekitar.
Yang ketiga Pratyaksa Panama ini merupaka tahapan menemukan Tuhan dengan secara langsung atau observasi langsung dengan apa kita bisa melakukannya yaitu dengan melakukakn Yoga atau bersemedi dan memuastkan semua pikiran kita terhadapnya, maka kita akan merasakan kedekatan kita dengan Sang Hyang Widi Wasa.


  1. Konsep Trimurti
Seperti yang kami jelaskan diatas bahwa umat hindu menyakini akan tiga dewa yaitu Dewa Brahman, Dewa Wisnu, Dewa Siwa. Pada dasarnya ketika dalam agama Hindu itu mereka mempercayai akan satu Tuhan akan tetapi dalam mengenal akan Tuhannya mereka itu ada tiga seperti yang diatas di sebutakan, yang dimana menurut mereka Sang Hyang Widhi Wasa itu tidak bisa digambarkan, tidak juga bisa di kasih jenis kelamin, tidak juga bisa di sebut namanya.
Akan tetapi dalam mengenal tuhannya mereka mesti memilki sesuatu yang diunggulkan yang dimana ini merukan Sinar dari Sang Hyang Widhi Wasa. pada dasarnya yang memiliki selluruh kekuatan yang ada di alam semesta ini hanya Dia.
Bakan dalam kitab suci mereka di jelaskan Sang Hyang Widhi Wasa itu akan menjelma menjadi sepuluh bentuk yang dimana sembilan bentuknya sudah tinggal bentuk yang kesepuluh. Dalam perubahan bentuk di sebut sebagai Awatara, Tuhan menrasa bahwa di dunia ini Dharama atau kebenaran sudah tidak ada adapun yang hidup hanya Adharma atau kejahatan maka ia turun untuk memberi petujuk bagi umat manusia dan mengalahkan kejahatan dan membela kebenaran. Ada pun sepuluh bentuk itu ialah.
  • Matysa Awatar yang dimana ia menjadi seekor Ikan yang sangat besar, yang telah menyelamatkan manusia dari banjir besar.
  • Kurma Awatara yang dimana ia menjadi seekkor Kura kura raksasa yang telah menumpu dunia ini dari bahaya terbenam.
  • Waraha Awatara yang dimana ia menjadi seekor badak yang agung yang telah menyelamatkan dunia dan mengait dunia dari terbenam.
  • Nara Simba Awatara yang dimana menjadi seseorang yang berkepala Simba (singa) yang dimana ia telah membasmi kekejaman raja Hirinyakasipu yang telah menindas Dharma (kebearan).
  • Wamana Awatara yang dimana ia menjadi seseorang yang kerdil akan tetapi berpengetahuan yang tinggi dan mulia, yang telah menyelamatkan duan dengan mengalahkan Maharaja Bali yang selalu menginjak injak Dharma dan ketidakadilan.
  • Parashurama Awatara yang dimana ia menjadi Rama Pharasu yaitu Rama yang bersenjata kampak yang telah menyelamatkan dunia dengan membasmi segenap Kasatriya yang telah menyeleweng dari Dharma (kebenaran).
  • Rama Awatara yang dimana ia menjadi Sri Rama, Putra raja Dasharata yang telah menyelamatkan dunia dengan membasmi Rawana, raja kedzaliman dan keangkara murkaan di negri Alengka.
  • Kresna Awatara yang dimana ia menjadi Sri Kresna Raja Dwarawati seorang yang terkenal dan yang telah membasmi raja Kangsa dan Jarasada tokoh kedzaliman.
  • Buddha Awatara yang dimana ia menjadi Buddha Gusatama, Putra raja Sudhodana yang lahir di Kapilavastu yang telah menyebarkan Dharma dan memberikan tuntunan bagi manusia.
  • Kalki Awatara yang dimana ini merupakan penjelmaan yang terakhir Sang Hyang Widhi Wasa, yang akan membasmi segala pengkhianatan agama, selain itu juga menutrut kepercayaan umat Hindu Kalki akan turun pada zaman Kaliyuda yaitu zaman yang memuncaknya pertentangan yang dimana ia sekarang masih tidur.


  1. Sembahyang
Dalam setiap agama pasti memiliki Ritual atau Upacara Keagamaan yang dimana dalam agama Hindu dalam melaksanakan Upacara Keagamaan disebutnya dengan Sembahyang. Menurut bahasa sembahyang itu berasal dari kata “Sembah” yaitu Sujud atau sungkem untuk menyampaikan sebuah penghormatan, sedangkan “Hyang” objek nya yaitu Tuhan.
Selain dari kata sembahyang mereka juga sering menyebutnya dengan Muspa atau Membakti atau Maturan. Ada pun kenapa disebut dengan Muspa karena dalam setiap persembahan itu lazimnya dengan kembang, selain itu kata Membakti merupakan ini ti dari sembahyang tersebut ialah penyerahan diri sepenuh hati, sedangkan kata Maturan ini merupakan sebuha persembahan apapun yang mereka hasilkan berdasarkan jerih payah mereka dengan perasaan yang tulus dalam mempersembahkannya seperti Buah-buahan, jajanan dll.
Agama hindu umumya itu sembahyang dua kali akan tetapi di indonesia khususnya di Bali itu tiga kali. Sebelummemulai perSembahyangan ada beberapa yang harus dipersiapkan diantaranya.
  • Hendaknya kita membersihkan diri atau badan dengan mandi
  • Kemudian berpakian, diharuskan memakai pakian yang bersih dan tidak mengganggu persembahyangan atau ketenangan kita.
  • Bunga dan Kawangen, diharuskan memakai Bunga yang bersih dan harum karna ini melambangkan kesucian.
  • Dupa, ini merupakan simbol Hyang agni yang dimana menjadi penghantar dan saksi sembah kita kepada sang Hyang Widhi Wasa.
  • Tempat duduk, kita diharuskan posisi tempat duduk tidak mengganggu ketenangan hati dan harus menggunakan alasnya tikar dengan menghadap ke arah Pelinggih.
  • Ada pun sikap duduk itu sesuai dengan Desa, Kala, Patra dan tidak mengganggu ketenangan hati ada empat posisi yaitu :
  • Padmasana
  • Siddasana
  • Sukhasana
  • Bajrasana
  • Sikap yangan yang bail ketika waktu sembahyang ialah “Cakupan Kara Kalih” yaitu yaitu telapak tangan ditelupkan didepan ubun-ubun sedangkan Bungan atau Kawagen dijepit di ujung jari.
Ada pun urutan sembahyang mereka ialah :
  • Malukat jadi yang pertama ini sebelum kita masuk kearea Pure kita harus mensucikan diri kita terlebih dahulu dengan air suci (Tirhta)
  • Memasuki Pura kesebelah kiri dan keluar dari Pura kesebelah kanan
  • Sebelum melaksanakan Panca Keraming sembahnyang, hendaknya melakukan Puji Trisadya. Dimana dalam melakukan atau pengucapan Puji Trisadya ini sebaiknya dilakukan dengan konsentrasi yang penuh dan diikuti desah nafas yang halus dan pelan-pelan.
  • Maka setelah melaksanakan Puni Trisadya langsung melaksanakan Panca Keramaning sembah yang dimana ini ada lima
  • Sembah yang pertama ini dengan tangan yang kosong (puyung) yang intinya itu untuk memohon kesucian dan memusatkan pikiran.
  • Sembah yang kedua, ketiga dan keempat. Dengan memakai bunga dan Kawangen dengan bertujuan untuk mennyampaikan rasa hormat kepada Tuhan, penyampaian dalam sifat wujud-Nya dalam segala masifestasinya dan kepara dewa serta penyampaiaan permohonan maaf dan permohonan anugrah.
  • Sembah yang kelima ini merupakan sembah penutup dengan tangan kosong. Sebagai rasa terimakasih akan rahmat-Nya dan menghantarkan kembali kealam Ghaib.
  • Setelah melaksanakan persembahyangan orang orang dipercikan “Tirhta Wangsih Barata” sebanyak 3-7 dikepala, 3 kali diminum dan sebanyak 3 kali dibasuhkan ke muka. Yang dimana makna nya ialah agar mereka semua menjadi suci.
  • Setelah melakukan Tirhta kemudia melakukan Mamija atau Mabija ialah beras yang di cuci dengan air atau air cendana dan diharuskan beras yang tidak pecah atau patah patah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar