RESUM
KELOMPOK 4
TOPIK KE
AJARAN HINDU DHARMA TENTANG
KETUHANAN
KONSEP KETUHANAN / PARA DEWA, TRIMURTI,
SEMBAHYANG
Ririn Novita Sari
Azis Rahmat Najib
Ali Zainal Abidin
Hendri
Mulyadi
M Rahmat Ramadhan
A.
Konsep Ketuhanan
Dalam
sistem kepercayaan agama Hindu memiliki berbagai sifat misalnya saja Monoteime,
penteisme, ateisme, politeisme, monisme. Memang dalam memahami ketuhanan agama
Hindu itu agak sulit untuk mengetahui secara pastinya apakah ia percaya akan
Monoteisme atau Politeisme dan sebagainya. Ini harus menggunakan pengkajian
langgsung terhadap orang Hindu itu sendiri supaya kita mendapatkan informasi
yang lebih jelas.
Pada dasarnya dari keseluruan atau
inti sari kepercayaan agama Hindu ialah
meng-Esa-kan Tuhan-Nya yang dimana mereka itu berkeyakinan bahwa Tuhan itu
hanya satu tidak ada yang lain. Akan tetapi mereka menamakannya berbeda beda.
Memang kita mengenal bahwa orang hindu itu memiliki tiga tuhan atau yang di
sebut dengan Trimurti yaitu Dewa Brahman, Dewa Wisnu, Dewa Siwa.
Sebelum kita membehas lebih jauh
kepada Trimurti kita harus tahu juga akan perbedaan konsep Tuhan dan Dewa,
karena dalam ketuhanan Hindu itu Dewa itu bukan tuhan akan tetapi reprensentasi
dari Tuhan. Maksudnya ialah umat Hindu itu percaya akan Tuhan Yang Maha Esa
yang dimana ia itu tidak bisa digambarkan, dinamai, dikasih jenis kelamin dan
lain sebagainya akan tetapi manusia juga harus mengenalnya dengan dekat akan
tuhan tersebut maka diambilah beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan
tersebut misal Sang Pencipta, Sang Pemelihara dan Sang Pelebur.
Pada dasarnya dewa itu merupakan
pancaran atau sinar dari Tuhan itu tersebut. Berdasarkan dari segi bahasa kata
Dewa berasal dari bahasa sangsekerta “Div” artinya Sinar jadi pengertan Dewa
dalam keyakinan agama Hindu ialah merupakan repsentasi dari Tuhan itu sendiri
atau sinar dari kemulyaan tuhan itu sendiri.
Apabila kita melihat kebelakan akan perkembangan
konsep keTuhanan agama Hindu pada zaman Weda, zaman Brahman, zaman Uphanisad
yang dimana konsep ketuhanan mereka masih belum sempurna misalnya saja pada pereodisasi
zaman Weda itu umat Hindu masih belum sama sekali mengenal Tuhan mereka akan
tetapi mereka masih mempercayai akan kekuatan kekuatan yang ada di sekitar
mereka. Maka ketika zaman Brahmana datang mereka mulai mengetahui akan tuhan
mereka yang dimana ternyata segala kekuatan yang ada di seluruh dunia ini ada
yang mengendalikkan nya yaitu Tuhannya.
Setelah mereka mengetahui Tuhan
mereka yang dimana di indonesia itu dinamakan dengan Sang Hyang Widi Wasa
berdasarkan dari arti bahasa yaitu “Widhi” ialah “Takdir” sedangkan “Wasa” ialah
“Yang Maha Kuasa” jadi bisa dikatakan bahwa Yang maha kuasa yang mentakdirkan
segala yang ada. Mereka mulai dari sini
mereka memiliki keyakinan yang dimana tidak hanya kepada keyakinan kepeda
Tuhanya terhadap kekuatan dan kejadian yang lain misanya saja di agama hindu
terdapat lima keyakinan atau Panca Srada : percaya kepada Brahma, percaya
kepada Atman, percaya kepada Karma pala, percaya kepada Reingkarnasi, Percaya
kepada Moksa.
Seseungguhnya dalam mengetahui Sang
Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu itu ada tiga tahapan yaitu Agama Pramana,
Anumana Pramana, Pratyaksa Pramana. Ini merupakan tingkatan dalam mengetahui
Tuhan dengan menggunakan Filsafat atau Tattwa.
Ada pun maksud dari Agama Pramana
ialah ketika seseorang diperlihatkan akan sebuah kebenaran akan tetapi ia hanya
mempercayainya saja tidak dengan dikaji atau diteliti lagi. Atau juga bisa
dikatakan sebagai sebuah pengetahuan yang didapatkan entah dari para Resi atau
dari kitab mereka akan tetapi mereka tidak memperdalam. Misalnya saja umat
Hindu mempercayai bahwa Sang Hyang Widi Wasa itu pernah menjelma menjadi
sembilan bentuk menurut kitab suci yang mereka baca kemudian mereka langgsung
percaya tidak dipahami atau di teliti lagi.
Sedangkan Anumana Pranama ialah cara
untuk mengetahui Tuhan dengan menyakini seseuatuberdasarkan perhitungan yang
logis yang kemudian diambil sebuah kesimpulan yang logis atau mengambil
kesimpulan dari berbagai gejala gejala yang ada di sekitar kita, misalnya
saja ketika melihat kenapa Bumi itu bisa
memiliki dua waktu antara waktu siang dan waktu malam, kenapa bumi bisa
berputar dengan teratur di garis edarnya, kenapa ada hujan, kenapa ada panas
dan lain sebagainya. Ini semua pasti ada yang mengendalikannya tidak mungkin
mereka bisa ada.
Nah dari sini mereka mulai
mengetahui akan adanya Sang Hyang Widhi Wasa yang dimana di dapatkan dari
tahapan pengamatan gejala gejala yang ada di sekitar.
Yang ketiga Pratyaksa Panama ini
merupaka tahapan menemukan Tuhan dengan secara langsung atau observasi langsung
dengan apa kita bisa melakukannya yaitu dengan melakukakn Yoga atau bersemedi
dan memuastkan semua pikiran kita terhadapnya, maka kita akan merasakan
kedekatan kita dengan Sang Hyang Widi Wasa.
B.
Konsep Trimurti
Seperti
yang kami jelaskan diatas bahwa umat hindu menyakini akan tiga dewa yaitu Dewa
Brahman, Dewa Wisnu, Dewa Siwa. Pada dasarnya ketika dalam agama Hindu itu
mereka mempercayai akan satu Tuhan akan tetapi dalam mengenal akan Tuhannya
mereka itu ada tiga seperti yang diatas di sebutakan, yang dimana menurut
mereka Sang Hyang Widhi Wasa itu tidak bisa digambarkan, tidak juga bisa di
kasih jenis kelamin, tidak juga bisa di sebut namanya.
Akan
tetapi dalam mengenal tuhannya mereka mesti memilki sesuatu yang diunggulkan
yang dimana ini merukan Sinar dari Sang Hyang Widhi Wasa. pada dasarnya yang memiliki
selluruh kekuatan yang ada di alam semesta ini hanya Dia.
Bakan
dalam kitab suci mereka di jelaskan Sang Hyang Widhi Wasa itu akan menjelma
menjadi sepuluh bentuk yang dimana sembilan bentuknya sudah tinggal bentuk yang
kesepuluh. Dalam perubahan bentuk di sebut sebagai Awatara, Tuhan menrasa bahwa
di dunia ini Dharama atau kebenaran sudah tidak ada adapun yang hidup hanya
Adharma atau kejahatan maka ia turun untuk memberi petujuk bagi umat manusia
dan mengalahkan kejahatan dan membela kebenaran. Ada pun sepuluh bentuk itu
ialah.
Ø
Matysa Awatar yang dimana ia menjadi seekor Ikan
yang sangat besar, yang telah menyelamatkan manusia dari banjir besar.
Ø
Kurma Awatara yang dimana ia menjadi seekkor Kura
kura raksasa yang telah menumpu dunia ini dari bahaya terbenam.
Ø
Waraha Awatara yang dimana ia menjadi seekor badak
yang agung yang telah menyelamatkan dunia dan mengait dunia dari terbenam.
Ø
Nara Simba Awatara yang dimana menjadi seseorang
yang berkepala Simba (singa) yang dimana ia telah membasmi kekejaman raja
Hirinyakasipu yang telah menindas Dharma (kebearan).
Ø
Wamana Awatara yang dimana ia menjadi seseorang yang
kerdil akan tetapi berpengetahuan yang tinggi dan mulia, yang telah
menyelamatkan duan dengan mengalahkan Maharaja Bali yang selalu menginjak injak
Dharma dan ketidakadilan.
Ø
Parashurama Awatara yang dimana ia menjadi Rama
Pharasu yaitu Rama yang bersenjata kampak yang telah menyelamatkan dunia dengan
membasmi segenap Kasatriya yang telah menyeleweng dari Dharma (kebenaran).
Ø
Rama Awatara yang dimana ia menjadi Sri Rama, Putra
raja Dasharata yang telah menyelamatkan dunia dengan membasmi Rawana, raja
kedzaliman dan keangkara murkaan di negri Alengka.
Ø
Kresna Awatara yang dimana ia menjadi Sri Kresna
Raja Dwarawati seorang yang terkenal dan yang telah membasmi raja Kangsa dan
Jarasada tokoh kedzaliman.
Ø
Buddha Awatara yang dimana ia menjadi Buddha
Gusatama, Putra raja Sudhodana yang lahir di Kapilavastu yang telah menyebarkan
Dharma dan memberikan tuntunan bagi manusia.
Ø
Kalki Awatara yang dimana ini merupakan penjelmaan
yang terakhir Sang Hyang Widhi Wasa, yang akan membasmi segala pengkhianatan
agama, selain itu juga menutrut kepercayaan umat Hindu Kalki akan turun pada
zaman Kaliyuda yaitu zaman yang memuncaknya pertentangan yang dimana ia
sekarang masih tidur.
C.
Sembahyang
Dalam
setiap agama pasti memiliki Ritual atau Upacara Keagamaan yang dimana dalam
agama Hindu dalam melaksanakan Upacara Keagamaan disebutnya dengan Sembahyang.
Menurut bahasa sembahyang itu berasal dari kata “Sembah” yaitu Sujud atau
sungkem untuk menyampaikan sebuah penghormatan, sedangkan “Hyang” objek nya
yaitu Tuhan.
Selain
dari kata sembahyang mereka juga sering menyebutnya dengan Muspa atau Membakti
atau Maturan. Ada pun kenapa disebut dengan Muspa karena dalam setiap persembahan
itu lazimnya dengan kembang, selain itu kata Membakti merupakan ini ti dari
sembahyang tersebut ialah penyerahan diri sepenuh hati, sedangkan kata Maturan
ini merupakan sebuha persembahan apapun yang mereka hasilkan berdasarkan jerih
payah mereka dengan perasaan yang tulus dalam mempersembahkannya seperti
Buah-buahan, jajanan dll.
Agama
hindu umumya itu sembahyang dua kali akan tetapi di indonesia khususnya di Bali
itu tiga kali. Sebelummemulai perSembahyangan ada beberapa yang harus
dipersiapkan diantaranya.
Ø
Hendaknya kita membersihkan diri atau badan dengan
mandi
Ø
Kemudian berpakian, diharuskan memakai pakian yang
bersih dan tidak mengganggu persembahyangan atau ketenangan kita.
Ø
Bunga dan Kawangen, diharuskan memakai Bunga yang
bersih dan harum karna ini melambangkan kesucian.
Ø
Dupa, ini merupakan simbol Hyang agni yang dimana
menjadi penghantar dan saksi sembah kita kepada sang Hyang Widhi Wasa.
Ø
Tempat duduk, kita diharuskan posisi tempat duduk
tidak mengganggu ketenangan hati dan harus menggunakan alasnya tikar dengan
menghadap ke arah Pelinggih.
Ø
Ada pun sikap duduk itu sesuai dengan Desa, Kala,
Patra dan tidak mengganggu ketenangan hati ada empat posisi yaitu :
·
Padmasana
·
Siddasana
·
Sukhasana
·
Bajrasana
Ø
Sikap yangan yang bail ketika waktu sembahyang ialah
“Cakupan Kara Kalih” yaitu yaitu telapak tangan ditelupkan didepan ubun-ubun
sedangkan Bungan atau Kawagen dijepit di ujung jari.
Ada
pun urutan sembahyang mereka ialah :
Ø
Malukat jadi yang pertama ini sebelum kita masuk
kearea Pure kita harus mensucikan diri kita terlebih dahulu dengan air suci
(Tirhta)
Ø
Memasuki Pura kesebelah kiri dan keluar dari Pura
kesebelah kanan
Ø
Sebelum melaksanakan Panca Keraming sembahnyang,
hendaknya melakukan Puji Trisadya. Dimana dalam melakukan atau pengucapan Puji
Trisadya ini sebaiknya dilakukan dengan konsentrasi yang penuh dan diikuti
desah nafas yang halus dan pelan-pelan.
Ø
Maka setelah melaksanakan Puni Trisadya langsung
melaksanakan Panca Keramaning sembah yang dimana ini ada lima
·
Sembah yang pertama ini dengan tangan yang kosong
(puyung) yang intinya itu untuk memohon kesucian dan memusatkan pikiran.
·
Sembah yang kedua, ketiga dan keempat. Dengan
memakai bunga dan Kawangen dengan bertujuan untuk mennyampaikan rasa hormat
kepada Tuhan, penyampaian dalam sifat wujud-Nya dalam segala masifestasinya dan
kepara dewa serta penyampaiaan permohonan maaf dan permohonan anugrah.
·
Sembah yang kelima ini merupakan sembah penutup
dengan tangan kosong. Sebagai rasa terimakasih akan rahmat-Nya dan
menghantarkan kembali kealam Ghaib.
Ø
Setelah melaksanakan persembahyangan orang orang
dipercikan “Tirhta Wangsih Barata” sebanyak 3-7 dikepala, 3 kali diminum dan
sebanyak 3 kali dibasuhkan ke muka. Yang dimana makna nya ialah agar mereka semua
menjadi suci.
Ø Setelah
melakukan Tirhta kemudia melakukan Mamija atau Mabija ialah beras yang di cuci
dengan air atau air cendana dan diharuskan beras yang tidak pecah atau patah
patah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar