RESUM
KELOMPOK 4
TOPIK KE
UPACARA KELAHIRAN, KEMATIAN, PERKAWINAN AGAMA HINDU.
MULYADI
HENRI
AZIS RAHMAT NAJIB
ALI ZAINAL ABIDIN
RIRIN NOVITA SARI
M RAHMAT RAMADHAN
Manusa artinya manusia, Yadnya artinya
upacara persembahan suci yang tulus ikhlas. Upacara Manusa Yadnya adalah
upacara persembahan suci yang tulus ikhlas dalam rangka pemeliharaan,
pendidikan serta penyucian secara spiritual terhadap seseorang sejak
terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir kehidupan.
1) Magedong- gedongan (Garbhadhana Samskara)
Upacara ini dilaksanakan pada saat kandungan berusia 7 bulan .
Sarana :
1. Pamarisuda: Byakala dan prayascita.
2. Tataban: Sesayut, pengambean, peras penyeneng dan
sesayut pamahayu tuwuh.
3. Di depan sanggar pemujaan : benang hitam satu
gulung kedua ujung dikaitkan pada dua dahan dadap, bambu daun talas dan ikan
air tawar, ceraken (tempat rempah-rempah).
Waktu Upacara Garbhadhana dilaksanakan pada saat kandungan berusia 210
hari (7 bulan). Tidak harus persis, tetapi disesuaikan dengan hari baik. Tempat
Upacara Garbhadhana dilaksanakan di dalam rumah, pekarangan, halaman rumah, di
tempat permandian darurat yang khusus dibuat untuk itu, dan dilanjutkan di
depan sanggar pemujaan (sanggah kamulan). Pelaksana Upacara ini dipimpin oieh
Pandita, Pinandita atau salah seorang yang tertua (pinisepuh).
Tata Pelaksanaan :
1. lbu yang sedang hamil terlebih dahulu dimandikan
(siraman) di parisuda, dilanjutkan dengan mabyakala dan prayascita.
2. Si lbu menjunjung tempat rempah-rempah, tangan
kanan menjinjing daun talas berisi air dan ikan yang masih hidup.
3. Tangan kiri suami memegang benang, tangan kanannya
memegang bamboo runcing.
4. Si Suami sambil menggeser benang langsung menusuk
daun talas yang dijinjing si Istri sampai air dan ikannya tumpah.
5. Selanjutnya melakukan persembahyangan memohon
keselamatan.
6. Ditutup dengan panglukatan dan terakhir natab
2) Upacara kelahiran (Jatakarma Samskara
Upacara ini dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan. Upacara ini
adalah sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran si kecil di dunia.
Sarana :
1. Dapetan, terdiri dari nasi berbentuk tumpeng dengan
lauk pauknya (rerasmen) dan buah buahan.
2. Canang sari / canang genten, sampiyan jaet dan
penyeneng.
Untuk menanam ari-ari (mendem ari-ari) diperlukan sebuah kendil (periuk
kecil) dengan tutupnya atau sebuah kelapa yang airnya dibuang. Waktu Upacara
Jatakarma dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan dan telah mendapat
perawatan pertama.
Tempat Upacara Jatakarma dilaksanakan di dalam dan di depan pintu rumah.
Pelaksana Upacara kelahiran dilaksanakan atau dipimpin oleh salah seorang
keluarga yang tertua atau dituakan, demikian juga untuk menanam (mendem)
ari-arinya. Dalam hal tidak ada keluarga tertua, misalnya, hidup di rantauan,
sang ayah dapat melaksanakan upacara ini.
Tata Cara :
1. Bayi yang baru lahir diupacarai dengan banten
dapetan, canang sari, canang genten, sampiyan dan penyeneng. Tujuannya agar
atma / roh yang menjelma pada si bayi mendapatkan keselamatan.
2. Setelah ari-ari dibersihkan, selanjutnya
dimasukkan ke dalam kendil lalu ditutup. Apabila mempergunakan kelapa, kelapa
itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali.
Perlu diingat sebelum kendil atau kelapa itu digunakan, pada bagian tutup
kendil atau belahan kelapa bagian atas ditulisi dengan aksara OM
KARA (OM) dan pada dasar alas kendil atau bagian bawah kelapa
ditulisi aksara AH KARA (AH) .
3. Kendil atau kelapa selanjutnya dibungkus dengan
kain putih dan di dalamnya diberi bunga.
4.
Selanjutnya kendil atau kelapa ditanam di halaman rumah, tepatnya pada bagian
kanan pintu ruangan rumah untuk anak Iaki-laki, dan bagian kiri untuk wanita
bila dilihat dari dalam rumah.
Upacara Perkawinan (Pawiwahan / Wiwaha)
Hakekatnya adalah upacara persaksian ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa
dan kepada masyarakat bahwa kedua orang yang bersangkutan telah mengikatkan
diri sebagai suami-istri.
Sarana
1. Segehan cacahan warna lima.
2. Api takep (api yang dibuat dari serabut kelapa).
3. Tetabuhan (air tawar, tuak, arak).
4. Padengan-dengan/ pekala-kalaan.
5. Pejati.
6. Tikar dadakan (tikar kecil yang dibuat dari
pandan).
7. Pikulan (terdiri dari cangkul, tebu, cabang kayu
dadap yang ujungnya diberi periuk, bakul yang berisi uang).
8. Bakul.
9. Pepegatan terdiri dari dua buah cabang dadap yang dihubungkan
dengan benang putih.
Waktu Biasanya dipilih hari yang baik, sesuai dengan persyaratannya
(ala-ayuning dewasa). Tempat Dapat dilakukan di rumah mempelai Iaki-laki atau
wanita sesuai dengan hokum adat setempat (desa, kala, patra). Pelaksana
Dipimpin oleh seorang Pendeta / Pinandita / Wasi / Pemangku.
Makna Kematian dan Upacaranya
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di
Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada
Leluhur). Ngaben secara etimologis berasal dari kata api yang
mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan
menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben.
Upacara Ngaben selalu melibatkan api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa
api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra
Pendeta yang memimpin upacara). Versi lain mengatakan bahwa ngaben berasal dari
kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara memberi
bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia Loka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar