Rabu, 10 Juni 2015

makalah ajaran budha dharma tentang etika dan ajaran hundu dharma tentang catur marga

Makalah
Ajaran budha dharma tentang Etika dan ajaran hindu Darma tentang Catur marga
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Hindu budha di indonesia
Dosen : Siti Nadroh, M.Ag

Description: E:\images.jpg
Di susun oleh:
Kelompok : 4 / PA / IV / A
Henri (1112032100062)
Mulyadi (1113032100016)
Ririn novita sari (1113032100021)
Ali Zainal Abidin (1113032100018)
Azis Rahmat Najib (1113032100007)
M. Rahmat Ramadhan (1113032100036)


Jurusan perbandingan agama
Fakultas ushuluddin
Universitas islam negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2015



DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …..............……………………………………………………………………...………..1
BAB I PENDAHULUAN…...............…………………………………………………………..………2
            Latar Belakang ………………................……………………………………………….………2
BAB II PEMBAHASAN ………………………...............……………………………………….…….4
            Ajaran Budha Dharma tentag Etika…………………..................………………………….…….4
                        Pengartian Sila ………………………………………….................………………..…..4
                        Macam-macam sila ………………………………………………................……….....5
                        Catur Paramitha dan Catur mara …………………………………………................….8
                        Hubungan sila dengan Catur Paramitha……………………………………....................10
            Ajaran Hindu Dharna tentang Catur marga…………………………………………...................10
                        Pengertian Catur marga ……………………………………………………..................10
                        Macam Macam Catur marga ………………………………………………..................11
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………...............14
            Kesimpulan …………………………………………………………………………................14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...............………………………………………….15


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam sebuah agama pasti terdapat akan konsep etika yang mana akan mengatur tingkah laku sebuah perilaku umatnya. Untuk bertujuan untuk menciptakan sebuah perdamaian atau ketentraman, karena pada dasarnya agama muncul untuk mewujudkan ketentraman atau perdamaian yang akan menghancurkan keburukan atau perpecahan.
Di dalam agama Budha pun terdapat akan konsep Etika yang merupakan untuk mengatur prilaku umatnya dalam kehidupan sehari hari untuk menciptakan perdamaian dan ketentraman. Kita tahu bahwa dalam agama Budha ini dalam sifat etikanya itu lebih kental yang mana mereka sangat menhargai akan sesama makhluk.
Dalam agama budha ini dikenal dengan Asta Arya Marga (8 jalan tengah) dalam kitab Mahayana dinyatakan dalam penerapan akan sila / etika. Seseorang itu harus melakukan atau melaksanakan delapan jalan tengah yang dimana dikelompokan menjadi tiga yaitu Panna, Sila, Samadhi. Yang pada dasarnya kita harus melakukan sesuatu yang benar dalam kehidupan ini.
Salain kita membahas tentang etika dalam sebuah agama Budha dalam makalah ini juga membicarakan akan Catur Marga atau empat jalan menuju Tuhan. Dalam ajaran Hindu tedapat konsep antara Atman dengan Brahman itu akan menyatu setelah kita melakukan rengkarnasi.
Memang dalam agama Hindu terdapat akan konsep yang seperti dengan surga yaitu Moksa yang dimana moksa itu intinya adalah bertemunya Atman dengan Brahman yang bisa dikatan itu adalah tujuan hidup tertinggi dalam agama Hindu.















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Ajaran Budha Dharma tentang Etika
1. Pengertian Sila
Kata “Etika” itu berasal dari bahasa latin “Ethicus” sedangkan dalam bahasa Yunaninya “Ethikos” yang berarti Prinsip-prinsip moril, kebiasaan, kesopanan, tata susila atau kesusilaan. Apabila kita menarik kata kesusilaan maka akan mendapatkan kata “Susila” yang dimana kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu “Su” (baik, bagus) dan “Sila”(hukum, kaidah, moril. dll). Yang dimana bisa dikatakan bahwa kalau “Susila” adalah norma moril yang baik atau prikelakuan yang sesuai dengan norma hukum agama[1].
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang hal ini kita harus tau makna akan Sila menurut agama Budha ialah dapat dikatakan sebagai tata tertib bagi umat Budha untuk berprilaku yang baik dan benar dalam kehidupan sehari hari bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Selain itu juga Sila tidak hanya menyangkut tata tertib prilaku manusia saja akan tetapi alam juga bisa dikatakan dengan hukum kesunyatan.[2]  
Etika sosial Buddhis dalam agama Budha hukum-hukum moral bukanlah dibuat atau ditentukan oleh suatu pribadi tertentu, melainkan merupakan bagian tak terpisahkan dari hukum-hukum universal maupun alam yang dapat dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dalam taraf rendah, untuk mencapai kehidupan-kehidupan yang bahagia dalam roda kelahiran ini, dan taraf tertinggi untuk mencapai pembebasan/penerangan sempurna. Disamping menjadi petunjuk jalan menuju pembebasan, sang Budha juga menaruh perhatian mendalam terhadap kesejahteraan manusia, dan telah mengajarkan pedoman-pedoman untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat sebagai seorang Bhisakka (dokter), beliau adalah dokter spiritual yan besar, yang meningkatkan keseatan jiwa manusia dan masyarakatnya.
Sifat-sifat ajaran beliau disebutkan sebagai: realistik, rasional, pragmatis dan humanistik. Maka oleh karena itu kita melihat bahwa sang Budha sendiri tidak berminat untuk memperbincangkan masalah-masalah metafisika, melainkan beliau mengutamakan usaha utuk meningkatkan etika masyarakat.
Pada dasarnya dalam konsep etika ini merupakan jalan menuju Nibbana / Nirwana yang dimana harus melaksanakan 8 jalan tengah yang telah di kelompokaan menjadi tiga bagian diantaranya ialah : Sila, Samadhi, Panna. Ini merupakan jalan menuju Nibbana yang dimana kita haru melaksanakan segala sesuatu yang benar salah satunya adalah Sila.
2.   Macam macam Sila
Apabila dilihat dari jumlah latihannya sila terdiri dari tiga tingkatan yaitu :
1)      Hina sila atau Cula sila
Hina Sila merupakan peraturan latihan yang dijalankan oleh umat Budhha perumah tangga. Ini merupakan sila yang jumlahnya sedikit yang terdiri dari Pancasila dan Athasila[3].
Adapun Pancasila
1)      Melatih untuk tidak membunuh
2)      Melatih diri untuk tidak mencuri
3)      Melatih diri agar tidak berbuat asusila
4)      Melatih diri untuk tidak berkata kasar atau berbohong
5)      Melatih diri agar tidak meminum minuman yag keras atau obat-obatan terlarang.
Atthasila terdiri dari delapan latihan kemoralan
1)      Lima latihan kemoralan dalam Pancasila Buddhis
2)      Melatih untuk tidak makan setelah jam 12 siang.
3)      Melatih diri untuk tidak mendengarkan music, TV, tidak menggunakan wangi-wangian, tidak berdandan.
4)      Melatih untuk tidak menggunakan tempat duduk atau kasur yang lebih mewah.  
2)      Majjhuma Sila
Bisa dikatkan sebagai sila menengah atau Dasasila. Yang dimana sila ini terdriri dari 10 latihan yang wajib dilaksanakan oleh Samanera dan samaneri. Yang dimana seseorang Samanera samaneri itu jadi Pabbajita yaitu hidup meninggalkan keluarga dan menjadi Samana atau pengembara[4].
3)      Panita Sila dan Maha sila
Yang dimana sila yang jumlah latihannya besar / tinggi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Patimokka [5]Sila (peraturan yang dilaksanakan oleh Bikhu Bhikuni). Bhiku 227 latihan dan Bikhuni 311 latihan.
Selain itu juga Sila dilihat dari Jenis nya ada 2
1)      Pakati sila yaitu Sila amaliah atau sila yang tidak dibuat oleh manusia, misalnya Hukum tertib Kosmos.
2)      Pannati Sila yaitu sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan kesepakatan atas dasar tujuan tertentu, Misalnya : peraturan kebhikuan, adat istiadat, peraturan Negara dll.
Sedangkan sila menurut pelaksanaanya ada tiga yaitu :
1)      Sikkhapada Sila yaitu latihan pengendalian diri
2)      Carita Sila yaitu sila dalam aspek positif (mengembangkan 10 perbuatan baik)
3)      Varita sila yaitu sila dalam Aspek negatif (10 karma buruk)
sila menurut jenis orang yang melaksanakannya terdapat tiga macam yaitu :
1)      Sila Upasaka-upasika adalah panca sila buddhis. Apabila kelima sila ini dilaksanakan dengan sungguh sungguh maka akan memilki lima macam kayakinan :
a)      Keyakinan terhadap triratna dan diri sendiri.
b)      Kemurnian sila dan pelaksanaannya
c)      Keyakinan terhadap hukum karma
d)      Mencari kebaikan didalam dhamma
e)      Berbuat baik sesuai dengan Dhamma
Pada dasarnya sila ini terbagi menjadi beberapa bagian atau macam yang
3.      Catur paramita dan Catur mara
1)      Catur paramitha
Yang dimana sifat sifat ketuhanan yang disebut Paramitha yaitu dalam dahinnya merupakan segala sumber dari perbuatan baik (kusalakama) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan[6]. Bisa dikatakan dengan perbuatan yang baik. Ada pun sifat ketuhanan terdiri dari 4 diantaranya :
1)      Metta
Cinta kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila dikembangkan dosa akan tertekan.
2)      Karuna
Ialah kasih saying universal karena melihat sesuatu kesengsaraan yang menjadi akar perbuatan baik (kuasala-kamma). Bila ini berkembang maka loba akan tertekan.
3)      Mudhita
Ialah kasih saying universal karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar perbuatan baik(kusala-kamma). Bila dikembangkan dosa akan tertekan
4)      Upekkha
Ialah keseimbangan bathin universal sebagi hasil dari melaksanakan Metta, Karuna, Mudhita dan upekkha, juga merupakn dari akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini di kembangkan maka Moha akan tertekan bahkan akan lenyap.
2)      Catur Mara
Disamping adanya sifat sifat ketuhanan terdapat juga sifat sifat setan atau bisa dikatakan juga sebagai sifat Jelek. Yang dimana dalam batin manusia ini merupakan sumber dari perbuatan yang buruk (akusalakamma) yang dimana tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus melenyapkannya agar hidup kita tidak terus menerus dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya. Bisa dikatakan juga bahwa ini merupaka perbuatan sifat buruk. Adapun sifat tersebut diantaranya :
1)      Dosa
Yang dimana Dosa alaka Kebencian ini merupakan akar dari perbuatan yang jahat (Akusalakamma) dan akan lennyap bila dikembangkan Metta.
2)      Lobha
Yang dimana Lobha adalah Keserakahan ini merupakan akar dari perbuatan yang jahat dan akan lenyap bila dikembangkannya Karuna.
3)      Issa
Ini sama dengan Irihati yang dimana perasaan tidak senang makhluk lain berbahagia dan ini merupaka akar atau timbulnya perbuatan jahat dan hanya bisa dilennyapkan apabila dikembangkan dengan Mudhita.
4)      Moha
Merupakan Kegelisahaan batin yang sebagian akibat dari perbuatan, dosa, lobha, dan Issa. Sifat ini akan lenyap apabila dikembangkannya sikap Upekkha. Selain itu juga bisa dikatan bahwa moha adalah kebodohan / ketidaktahuan dll.
4.      Hubungan Sila dengan Catur Paramitra
Antara Sila dan catur paramitha, keduanya sangat berhubungan Síla adalah keadaan yang diawali munculnya kehendak dalam batin seseorang yang menghindari pembunuhan mahkluk hidup atau dalam batin seseorang yang menjalani kewajiban (melatih pengendalian diri). Sedangkan catur paramitha adalah sifat kebaikan yang harus dikembangkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sila dan catur paramitha merupakan tujuan hidup yang harus dicapai yaitu Moksa.
B.     Ajaran Hindu tentang Catur Marga
1.       Pengertian Catur marga
Catur Marga berasal dari dua kata yaitu  Catur dan Marga yang berarti empat jalan. Yang dimana dalam ajaran umat hindu terdapat konsep Atman dan Brahman yang menjadi satu ketika kita ingin mencapai Moksa maka dengan empat jalan inilah bisa menuju Moksa.
Pada dasarnya Catur Marga sering disebut dengan Catur Yoga Marga yang dimana Catur Marga atau Catur yoga ialah empat jalan untuk menghormati dan mendekati diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widi Wasa[7].
Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-satu jalan, karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk menghubungkan diri, yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang kondusif untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan diri kepada-Nya.
2.      Macam-macam Catur Marga  
Adapun macam macam dari Catur Marga
1.      Bhakti Marga
Bhakti  itu artinya Cinta kasih, yang dimana kata Bhakti ini digunakan untuk menunjukan kasih kepada objek yang lebih tinggi atau lebih luas cakupannya. Misalnya : kepada orang tua, para leluhur, para dewa, dan Tuhan[8]. Yang dimana kata cinta kasih ini digunakan untuk menunjukan cinta kepada manusia atau makhluk lainnya misalnya saja : Tumbuhan, binatang, alam semesta dll.  Ini merupakan salah satu jalan untu menuju tuhan yang maha kuasa yang mana orang yang melakukan hal ini di sebut sebagai Bhakta.
Dalam hal ini seseorang harus mencintai tuhannya seperti mencintainya seorang suami terhadap seorang istri. Maka seseorang yang cinta kepada tuhanya itu tidk boleh membenci kepada makhluk yang lain. Selain itu juga ada musuh dari rasa bhakti yaitu Kama (Keinginan Duniawi) dan Trisna (Kerinduan). Ketika seseorang masih memiliki rasa Kama dan Trisna maka ia tidak dapat memiliki kerinduan terhadap tuhannya.
Yang dimana cara perwujukan Bhakti terbagi menjadi dua yaitu :
a)      Para Bhakti yaitu cara berbakti Sang Hyang Widi yang utama
b)      Apara Bhakti yaitu cara berbakti kepada Sang Hyang Widi yang tidak utama 

2.      Karma marga
1)      Berkarma Tulus dan Membantu
Berbuat ikhlas dan membantu dalam bahasa Bali Ngayah dan Matatulung merupakan suatu istilah yang ada di Bali dan identik dengan gotong royong. Ngayah ini dapat dilakukan di pura-pura dalam hal upacara keagamaan, seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan matatulungan ini bisa dilakukan antarmanuasia yang mengadakan upacara ke- agamaan pula, seperti upacara pawiwahan, mecaru dan lain[9].
2)      Berkarma yang Baik
Berbuat baik atau mekarma sane melah hendaknya selalu kita lakukan. Dalam agama Hindu ada slogan mengatakan “Rame ing gawe sepi ing pamrih” Slogan itu begitu melekat pada diri kita sebagai orang Hindu. Banyaklah berbuat baik tanpa pernah berpikir dan berharap suatu balasan.
3)      Ajaran Karmaphala
Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.
3.      Jnana Marga
1)      Ajaran Brahmacari
Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus ikhlas. Tugas pokok kita pada sebagian masa ini adalah belajar. Belajar dalam arti luas, yakni dalam pengertian bukan hanya membaca buku. Tetapi lebih mengacu pada ketulusikhlasan dalam segala hal. Contohnya rela dan ikhlas jika dimarahi guru atau orangtua. Guru dan orangtua, jika memarahi pasti demi kebaikan anak.
2)      Ajaran Aguron-guron
Merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan murid. Namun istilah dan proses ini telah lama dilupakan karena sangat susah mendapatkan guru yang mempunyai kualifikasi tertentu dan juga sangat sedikit orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal ini.
3)      Ajaran Catur Guru
Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi ajaran Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat dikembangkan dalam situasi apa pun, sebab hakikat dari ajaran ini adalah untuk pendidikan diri, utamanya pendidikan disiplin, patuh dan taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya.
4)      Raja Marga
Penerapan Raja Marga Yoga ini antara lain terdapat pada ajaran Astāngga yoga, yaitu catur brata penyepian. Pelaksanaan Hari Raya Nyepi, pada hakikatnya merupakan penyucian bhuwana agung dan bhuwana alit (makro dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir bathin (jagadhita dan moksa) terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan sundaram (keharmonisan/keindahan)[10].









BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Bahwasannya dalam agama budha akan konsep Sila itu merupakan tujuan kepeda Nibba yang dimana seseorang itu harus melakukan beberapa tahapan agar ia tidak terkena perbuatan yang buruk
Memang dalam agama Budha konsep Sila itu memiliki banyak macap tapi tergantung dilihat dari segimana dulu. Yang pada intinya inti ialah konsep sila ini untuk membangun kesejahteraan dalam kehidupan kerena dalam pendapat umat Budha bahwa hidup itu harus tentram.
Sedangkan akan konsep Catur Marga yang dimana ini merupakan konsep penyatuan antara Atman dengan Brahman yang dimana ini merupakan tujuan tertinggi dalam agamana Hindu yaitu Moksa yang dimana menyatunya Atsman dengan Brahman.
Dengan konsep Cartur marga ini merupakan salah satu jalan akan menuju Tuhan yang dimana Catur marga itu merupakan empat jalan menuju tuhan atau bisa juga empat jalan kepasrahan atau ketundukan kepada tuhan.
Melihat dari pemaparan diatas ini hamper mirip yang dimana pada dasarnya kedua agama ini memilki tujuan yang sama yaitu tempat tertinggi Moksa atau Nibbana.  




DAFTAR PUSTAKA
Wowor, Cornelis. Pandangan Sosial Agama Budha. Jakarta: CV. Nitra Kencana Buana. 2004.
Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988.
Dammanand, Sri. Keyakinan Umat Budha. Jakarta: Karaniya. 2005.
Swabodhi, Pandita D. D. Harsa. Buddha Dharma dan Hindu Dharm. Medan: Yayasan Perguruan Budaya & I. B. C. 1980.
Tanggok, M. Ikhsan.  Agama Buddha. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.
Hadiwijono harun, Agama Hindu dan Buddha, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009.




[1] Pandangan social agama budha h 89
[2] Ibid. h 57
[3] Budha dharma dan hindu dharma
[4] Agama hindu dharma dan budha dharma
[5] Keyakinan agama budha
[6] Keyakinan umat budha
[7] Ajaran agama Hindu dharma dan bbudha dharma
[8] Agama budha dan agam hindu
[9] Agama budha dan agama hindu
[10] Agama budha dan agama hindu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar