Makalah
Ajaran budha dharma tentang Etika dan ajaran hindu Darma tentang Catur
marga
Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Hindu budha di indonesia
Dosen
: Siti Nadroh, M.Ag
Di susun oleh:
Kelompok : 4 / PA / IV / A
Henri (1112032100062)
Mulyadi (1113032100016)
Ririn novita sari (1113032100021)
Ali Zainal Abidin (1113032100018)
Azis Rahmat Najib (1113032100007)
M. Rahmat Ramadhan (1113032100036)
Jurusan perbandingan agama
Fakultas ushuluddin
Universitas islam negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI …..............……………………………………………………………………...………..1
BAB
I PENDAHULUAN…...............…………………………………………………………..………2
Latar Belakang
………………................……………………………………………….………2
BAB
II PEMBAHASAN ………………………...............……………………………………….…….4
Ajaran Budha Dharma tentag
Etika…………………..................………………………….…….4
Pengartian Sila
………………………………………….................………………..…..4
Macam-macam sila
………………………………………………................……….....5
Catur Paramitha dan
Catur mara …………………………………………................….8
Hubungan sila dengan
Catur Paramitha……………………………………....................10
Ajaran Hindu Dharna tentang Catur
marga…………………………………………...................10
Pengertian Catur marga
……………………………………………………..................10
Macam Macam Catur marga
………………………………………………..................11
BAB
III PENUTUP …………………………………………………………………………...............14
Kesimpulan
…………………………………………………………………………................14
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………...............………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah agama pasti terdapat
akan konsep etika yang mana akan mengatur tingkah laku sebuah perilaku umatnya.
Untuk bertujuan untuk menciptakan sebuah perdamaian atau ketentraman, karena
pada dasarnya agama muncul untuk mewujudkan ketentraman atau perdamaian yang
akan menghancurkan keburukan atau perpecahan.
Di dalam agama Budha pun terdapat
akan konsep Etika yang merupakan untuk mengatur prilaku umatnya dalam kehidupan
sehari hari untuk menciptakan perdamaian dan ketentraman. Kita tahu bahwa dalam
agama Budha ini dalam sifat etikanya itu lebih kental yang mana mereka sangat
menhargai akan sesama makhluk.
Dalam agama budha ini dikenal
dengan Asta Arya Marga (8 jalan
tengah) dalam kitab Mahayana dinyatakan dalam penerapan akan sila / etika.
Seseorang itu harus melakukan atau melaksanakan delapan jalan tengah yang
dimana dikelompokan menjadi tiga yaitu Panna, Sila, Samadhi. Yang pada dasarnya
kita harus melakukan sesuatu yang benar dalam kehidupan ini.
Salain kita membahas tentang
etika dalam sebuah agama Budha dalam makalah ini juga membicarakan akan Catur Marga atau empat jalan menuju
Tuhan. Dalam ajaran Hindu tedapat konsep antara Atman dengan Brahman itu akan
menyatu setelah kita melakukan rengkarnasi.
Memang dalam agama Hindu terdapat
akan konsep yang seperti dengan surga yaitu Moksa yang dimana moksa itu intinya
adalah bertemunya Atman dengan Brahman yang bisa dikatan itu adalah tujuan
hidup tertinggi dalam agama Hindu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajaran
Budha Dharma tentang Etika
1. Pengertian Sila
Kata “Etika” itu berasal dari bahasa latin “Ethicus” sedangkan dalam bahasa Yunaninya “Ethikos” yang berarti Prinsip-prinsip moril, kebiasaan, kesopanan,
tata susila atau kesusilaan. Apabila kita menarik kata kesusilaan maka akan
mendapatkan kata “Susila” yang dimana kata tersebut terdiri dari dua suku kata
yaitu “Su” (baik, bagus) dan “Sila”(hukum, kaidah, moril. dll). Yang
dimana bisa dikatakan bahwa kalau “Susila”
adalah norma moril yang baik atau prikelakuan yang sesuai dengan norma hukum
agama[1].
Sebelum kita membahas lebih dalam
tentang hal ini kita harus tau makna akan Sila menurut agama Budha ialah dapat
dikatakan sebagai tata tertib bagi umat Budha untuk berprilaku yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari hari bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Selain itu juga Sila tidak hanya menyangkut tata tertib prilaku manusia saja
akan tetapi alam juga bisa dikatakan dengan hukum kesunyatan.[2]
Etika sosial
Buddhis dalam agama Budha hukum-hukum moral bukanlah dibuat atau ditentukan
oleh suatu pribadi tertentu, melainkan merupakan bagian tak terpisahkan dari
hukum-hukum universal maupun alam yang dapat dipandang sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu dalam taraf rendah, untuk mencapai kehidupan-kehidupan
yang bahagia dalam roda kelahiran ini, dan taraf tertinggi untuk mencapai
pembebasan/penerangan sempurna. Disamping menjadi petunjuk jalan menuju
pembebasan, sang Budha juga menaruh perhatian mendalam terhadap kesejahteraan
manusia, dan telah mengajarkan pedoman-pedoman untuk mencapai kebahagiaan dalam
kehidupan masyarakat sebagai seorang Bhisakka
(dokter), beliau adalah dokter spiritual yan besar, yang meningkatkan keseatan
jiwa manusia dan masyarakatnya.
Sifat-sifat
ajaran beliau disebutkan sebagai: realistik, rasional, pragmatis dan
humanistik. Maka oleh karena itu kita melihat bahwa sang Budha sendiri tidak
berminat untuk memperbincangkan masalah-masalah metafisika, melainkan beliau
mengutamakan usaha utuk meningkatkan etika masyarakat.
Pada
dasarnya dalam konsep etika ini merupakan jalan menuju Nibbana / Nirwana yang
dimana harus melaksanakan 8 jalan tengah yang telah di kelompokaan menjadi tiga
bagian diantaranya ialah : Sila, Samadhi, Panna. Ini merupakan jalan menuju
Nibbana yang dimana kita haru melaksanakan segala sesuatu yang benar salah
satunya adalah Sila.
2. Macam macam Sila
Apabila dilihat dari jumlah
latihannya sila terdiri dari tiga tingkatan yaitu :
1)
Hina
sila atau Cula sila
Hina Sila merupakan peraturan
latihan yang dijalankan oleh umat Budhha perumah tangga. Ini merupakan sila
yang jumlahnya sedikit yang terdiri dari Pancasila dan Athasila[3].
Adapun Pancasila
1)
Melatih
untuk tidak membunuh
2)
Melatih
diri untuk tidak mencuri
3)
Melatih
diri agar tidak berbuat asusila
4)
Melatih
diri untuk tidak berkata kasar atau berbohong
5)
Melatih
diri agar tidak meminum minuman yag keras atau obat-obatan terlarang.
Atthasila terdiri dari delapan
latihan kemoralan
1)
Lima
latihan kemoralan dalam Pancasila Buddhis
2)
Melatih
untuk tidak makan setelah jam 12 siang.
3)
Melatih
diri untuk tidak mendengarkan music, TV, tidak menggunakan wangi-wangian, tidak
berdandan.
4)
Melatih
untuk tidak menggunakan tempat duduk atau kasur yang lebih mewah.
2)
Majjhuma
Sila
Bisa dikatkan sebagai sila
menengah atau Dasasila. Yang dimana sila ini terdriri dari 10 latihan yang
wajib dilaksanakan oleh Samanera dan samaneri. Yang dimana seseorang Samanera
samaneri itu jadi Pabbajita yaitu hidup meninggalkan keluarga dan menjadi
Samana atau pengembara[4].
3)
Panita
Sila dan Maha sila
Yang dimana sila yang jumlah
latihannya besar / tinggi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Patimokka [5]Sila
(peraturan yang dilaksanakan oleh Bikhu Bhikuni). Bhiku 227 latihan dan Bikhuni
311 latihan.
Selain itu juga Sila dilihat
dari Jenis nya ada 2
1)
Pakati sila yaitu Sila amaliah atau sila
yang tidak dibuat oleh manusia, misalnya Hukum tertib Kosmos.
2)
Pannati Sila yaitu sila yang dibuat oleh
manusia berdasarkan kesepakatan atas dasar tujuan tertentu, Misalnya :
peraturan kebhikuan, adat istiadat, peraturan Negara dll.
Sedangkan sila menurut
pelaksanaanya ada tiga yaitu :
1)
Sikkhapada
Sila yaitu latihan pengendalian diri
2)
Carita
Sila yaitu sila dalam aspek positif (mengembangkan 10 perbuatan baik)
3)
Varita
sila yaitu sila dalam Aspek negatif (10 karma buruk)
sila menurut jenis orang yang
melaksanakannya terdapat tiga macam yaitu :
1)
Sila
Upasaka-upasika adalah panca sila buddhis. Apabila kelima sila ini dilaksanakan
dengan sungguh sungguh maka akan memilki lima macam kayakinan :
a)
Keyakinan
terhadap triratna dan diri sendiri.
b)
Kemurnian
sila dan pelaksanaannya
c)
Keyakinan
terhadap hukum karma
d)
Mencari
kebaikan didalam dhamma
e)
Berbuat
baik sesuai dengan Dhamma
Pada dasarnya sila ini terbagi
menjadi beberapa bagian atau macam yang
3.
Catur
paramita dan Catur mara
1)
Catur
paramitha
Yang dimana sifat sifat ketuhanan
yang disebut Paramitha yaitu dalam dahinnya merupakan segala sumber dari
perbuatan baik (kusalakama) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan[6].
Bisa dikatakan dengan perbuatan yang baik. Ada pun sifat ketuhanan terdiri dari
4 diantaranya :
1)
Metta
Cinta kasih universal yang
menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila dikembangkan dosa akan
tertekan.
2)
Karuna
Ialah kasih saying
universal karena melihat sesuatu kesengsaraan yang menjadi akar perbuatan baik
(kuasala-kamma). Bila ini berkembang maka loba akan tertekan.
3)
Mudhita
Ialah kasih saying universal
karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar perbuatan baik(kusala-kamma).
Bila dikembangkan dosa akan tertekan
4)
Upekkha
Ialah keseimbangan bathin
universal sebagi hasil dari melaksanakan Metta, Karuna, Mudhita dan upekkha,
juga merupakn dari akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini di kembangkan
maka Moha akan tertekan bahkan akan lenyap.
2)
Catur
Mara
Disamping adanya sifat sifat
ketuhanan terdapat juga sifat sifat setan atau bisa dikatakan juga sebagai
sifat Jelek. Yang dimana dalam batin manusia ini merupakan sumber dari
perbuatan yang buruk (akusalakamma) yang dimana tercetus pada pikiran, ucapan
dan badan. Karena itu kita harus melenyapkannya agar hidup kita tidak terus
menerus dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya. Bisa
dikatakan juga bahwa ini merupaka perbuatan sifat buruk. Adapun sifat tersebut
diantaranya :
1)
Dosa
Yang dimana Dosa
alaka Kebencian ini merupakan akar dari perbuatan yang jahat (Akusalakamma) dan
akan lennyap bila dikembangkan Metta.
2)
Lobha
Yang dimana Lobha
adalah Keserakahan ini merupakan akar dari perbuatan yang jahat dan akan lenyap
bila dikembangkannya Karuna.
3)
Issa
Ini sama dengan
Irihati yang dimana perasaan tidak senang makhluk lain berbahagia dan ini
merupaka akar atau timbulnya perbuatan jahat dan hanya bisa dilennyapkan
apabila dikembangkan dengan Mudhita.
4)
Moha
Merupakan
Kegelisahaan batin yang sebagian akibat dari perbuatan, dosa, lobha, dan Issa.
Sifat ini akan lenyap apabila dikembangkannya sikap Upekkha. Selain itu juga
bisa dikatan bahwa moha adalah kebodohan / ketidaktahuan dll.
4.
Hubungan
Sila dengan Catur Paramitra
Antara Sila dan catur paramitha, keduanya sangat berhubungan Síla
adalah keadaan yang diawali munculnya kehendak dalam batin seseorang yang
menghindari pembunuhan mahkluk hidup atau dalam batin seseorang yang menjalani
kewajiban (melatih pengendalian diri). Sedangkan catur paramitha adalah sifat
kebaikan yang harus dikembangkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sila dan catur paramitha merupakan tujuan hidup yang harus dicapai yaitu Moksa.
B. Ajaran
Hindu tentang Catur Marga
1.
Pengertian Catur marga
Catur Marga berasal dari dua kata
yaitu Catur dan Marga yang berarti empat
jalan. Yang dimana dalam ajaran umat hindu terdapat konsep Atman dan Brahman
yang menjadi satu ketika kita ingin mencapai Moksa maka dengan empat jalan inilah
bisa menuju Moksa.
Pada dasarnya Catur Marga sering
disebut dengan Catur Yoga Marga yang dimana Catur Marga atau Catur yoga ialah
empat jalan untuk menghormati dan mendekati diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
atau Ida Sang Hyang Widi Wasa[7].
Di
dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-satu jalan,
karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya untuk
memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk menghubungkan diri,
yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Usaha untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan berhasil bila didukung
dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang kondusif untuk itu, di
samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan diri kepada-Nya.
2.
Macam-macam
Catur Marga
Adapun
macam macam dari Catur Marga
1.
Bhakti
Marga
Bhakti itu artinya Cinta kasih, yang dimana kata
Bhakti ini digunakan untuk menunjukan kasih kepada objek yang lebih tinggi atau
lebih luas cakupannya. Misalnya : kepada orang tua, para leluhur, para dewa,
dan Tuhan[8].
Yang dimana kata cinta kasih ini digunakan untuk menunjukan cinta kepada
manusia atau makhluk lainnya misalnya saja : Tumbuhan, binatang, alam semesta
dll. Ini merupakan salah satu jalan untu
menuju tuhan yang maha kuasa yang mana orang yang melakukan hal ini di sebut
sebagai Bhakta.
Dalam hal ini seseorang harus
mencintai tuhannya seperti mencintainya seorang suami terhadap seorang istri.
Maka seseorang yang cinta kepada tuhanya itu tidk boleh membenci kepada makhluk
yang lain. Selain itu juga ada musuh dari rasa bhakti yaitu Kama (Keinginan
Duniawi) dan Trisna (Kerinduan). Ketika seseorang masih memiliki rasa Kama dan
Trisna maka ia tidak dapat memiliki kerinduan terhadap tuhannya.
Yang dimana cara perwujukan
Bhakti terbagi menjadi dua yaitu :
a)
Para
Bhakti yaitu cara berbakti Sang Hyang Widi yang utama
b)
Apara
Bhakti yaitu cara berbakti kepada Sang Hyang Widi yang tidak utama
2.
Karma
marga
1)
Berkarma Tulus dan
Membantu
Berbuat ikhlas dan membantu dalam bahasa Bali
Ngayah dan Matatulung merupakan suatu istilah yang ada di Bali dan identik
dengan gotong royong. Ngayah ini dapat dilakukan di pura-pura dalam hal upacara
keagamaan, seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan matatulungan ini bisa
dilakukan antarmanuasia yang mengadakan upacara ke- agamaan pula, seperti
upacara pawiwahan, mecaru dan lain[9].
2)
Berkarma yang Baik
Berbuat baik atau mekarma sane melah hendaknya
selalu kita lakukan. Dalam agama Hindu ada slogan mengatakan “Rame ing gawe
sepi ing pamrih” Slogan itu begitu melekat pada diri kita sebagai orang Hindu.
Banyaklah berbuat baik tanpa pernah berpikir dan berharap suatu balasan.
3)
Ajaran Karmaphala
Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk
mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara
yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan
tujuan yang buruk.
3.
Jnana
Marga
1)
Ajaran Brahmacari
Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu
dengan tulus ikhlas. Tugas pokok kita pada sebagian masa ini adalah belajar.
Belajar dalam arti luas, yakni dalam pengertian bukan hanya membaca buku.
Tetapi lebih mengacu pada ketulusikhlasan dalam segala hal. Contohnya rela dan
ikhlas jika dimarahi guru atau orangtua. Guru dan orangtua, jika memarahi pasti
demi kebaikan anak.
2)
Ajaran Aguron-guron
Merupakan suatu ajaran mengenai proses
hubungan guru dan murid. Namun istilah dan proses ini telah lama dilupakan
karena sangat susah mendapatkan guru yang mempunyai kualifikasi tertentu dan
juga sangat sedikit orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal ini.
3)
Ajaran Catur Guru
Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang
masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi ajaran
Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat dikembangkan dalam situasi
apa pun, sebab hakikat dari ajaran ini adalah untuk pendidikan diri, utamanya
pendidikan disiplin, patuh dan taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang
seluas-luasnya.
4)
Raja Marga
Penerapan Raja Marga Yoga ini antara lain
terdapat pada ajaran Astāngga yoga, yaitu catur brata penyepian. Pelaksanaan
Hari Raya Nyepi, pada hakikatnya merupakan penyucian bhuwana agung dan bhuwana
alit (makro dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan
lahir bathin (jagadhita dan moksa) terbinanya kehidupan yang berlandaskan
satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan sundaram (keharmonisan/keindahan)[10].
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahwasannya dalam agama budha akan konsep Sila itu
merupakan tujuan kepeda Nibba yang dimana seseorang itu harus melakukan
beberapa tahapan agar ia tidak terkena perbuatan yang buruk
Memang dalam agama Budha konsep Sila itu memiliki
banyak macap tapi tergantung dilihat dari segimana dulu. Yang pada intinya inti
ialah konsep sila ini untuk membangun kesejahteraan dalam kehidupan kerena
dalam pendapat umat Budha bahwa hidup itu harus tentram.
Sedangkan akan konsep Catur Marga yang dimana ini
merupakan konsep penyatuan antara Atman dengan Brahman yang dimana ini
merupakan tujuan tertinggi dalam agamana Hindu yaitu Moksa yang dimana
menyatunya Atsman dengan Brahman.
Dengan konsep Cartur marga ini merupakan salah satu
jalan akan menuju Tuhan yang dimana Catur marga itu merupakan empat jalan
menuju tuhan atau bisa juga empat jalan kepasrahan atau ketundukan kepada
tuhan.
Melihat dari pemaparan diatas ini hamper mirip yang
dimana pada dasarnya kedua agama ini memilki tujuan yang sama yaitu tempat
tertinggi Moksa atau Nibbana.
DAFTAR
PUSTAKA
Wowor, Cornelis. Pandangan Sosial
Agama Budha. Jakarta: CV. Nitra Kencana Buana. 2004.
Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Press. 1988.
Dammanand, Sri. Keyakinan Umat Budha. Jakarta:
Karaniya. 2005.
Swabodhi, Pandita D. D. Harsa. Buddha Dharma dan Hindu
Dharm. Medan: Yayasan Perguruan Budaya & I. B. C. 1980.
Tanggok,
M. Ikhsan. Agama Buddha. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
2009.
Hadiwijono harun, Agama Hindu dan Buddha, PT BPK Gunung
Mulia, Jakarta, 2009.
[1]
Pandangan social agama budha h 89
[2]
Ibid. h 57
[3]
Budha dharma dan hindu dharma
[4]
Agama hindu dharma dan budha dharma
[5]
Keyakinan agama budha
[6]
Keyakinan umat budha
[7]
Ajaran agama Hindu dharma dan bbudha dharma
[8]
Agama budha dan agam hindu
[9]
Agama budha dan agama hindu
[10]
Agama budha dan agama hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar