Kamis, 04 Juni 2015

AJARAN HINDU DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM dan AJARAN BUDDHA DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM

RESUM 
KELOMPOK 4
TOPIK KE 
Ririn novita sari
mulyadi 
henri
ali zainal abidin 
azis rahmat najib 
m rahmat ramadhan
AJARAN HINDU DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM
1.      Pencipta Manusia
Manusia berasal dari kata Manushya, artinya “makhluk yang memiliki pikiran.” Manusia memiliki kesempurnaan untuk mengatur dirinya menemui penciptanya, yaitu Tuhan. Manusia menurut ajaran agama Hindu terdiri dari tubuh dan jiwa atau roh. Tubuh merupakan wujud yang kelihatan dan yang bersifat fana. Sedangkan jiwa atau roh itu barsifat kekal.
Menurut ajaran agama Hindu, manusia pertama disebut dengan nama: MANU, atau selengkapnya SWAYABHU-MANU, tetapi ini bukan nama perseorangan. Sebab dalam bahasa sansekerta, Swayambhu berarti: yang menjadikan diri sendiri. Suku kata “swayam” berarti diri sendiri, dan suku kata “bhu” berarti: menjadi, dan kata “manu” berarti “mahluk berfikir yang menjadikan dirinya sendiri”, yakni MANUSIA PERTAMA. Istilah manu sekarang menjadi kata manusia. Menurut ajaran Hinduisme, semua manusia adalah keturunan Manu.
Dalam zaman brahmana diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian yaitu:
a.       Bagian yang nampak
b.      Bagian yang tidak nampak
Bagian yang nampak biasanya disebut sebagai rupa, yang mana tersusun atas lima unsur yaitu: rambut, kulit, daging, tulang, dan sum-sum, sedangkan bagian yang tidak nampak disebut Nama, yang mana unsur-unsur ini menentukan hidup yaitu: nafas(prana atau atman), akal (budhi), pemikiran (manas), penglihatan (caksu), dan pendengaran (strotra).
Manusia tediri dari lima skandha (skandha artinya tonggak) yaitu: Rupa, Wedana, Sanna, Sankhara, dan Winnana. Rupa adalah alat badani kita yang dimana bisa bersifat menyenangkan dan tidak menyenangkan, Sannah adalah pengamatan dari sebuah segi baik yang rohani maupun jasmani, Sankhara adalah suatu skandha yang sangat kompleks, yang di dalamnya mengandung kehendak, keinginan dan sebagainya yang menjadikan skandha ini dapat menyusun gambar atau khayalan dari apa yang diamati. Winnana adalah kesadaran. Yang disebut jiwa sebenarnya adalah kelima skandha ini bersama-sama atau satu persatu.
Dalam diri manusia terdapat atman. Atman tersebut diselubungi oleh beberapa selubung, yaitu dari luar ke dalam: Selubung yang terdiri dari makanan atau tubuh sebagai selubung jasmani (Annamaya atman); Selubung yang di bawah selubung jasmani, yaitu selubung yang di tempati nafas hidup atau prana, yaitu selubung nafas ni (Pranamaya atman); Selubung yang lebih mendalam lagi, yaitu selubung akali (Manomaya atman); lalu terdapat selubung yang terdiri dari kesadaran (Wijnanamaya atman); dan bagian terdalam terdapat atman dalam keadaan bahagia (Anandamaya atman) yaitu inti sari manusia.

2.      Pencipta Alam

Dalam agama hindu, ajaran mengenai alam semesta tidak begitu jelas. Karena konsep ketuhanannya sangat empirik. Pengajaran mengenai alam semesta tercakup dalam kitab Agama atau kitab kitab tantra.
Alam ini tercipta dari pancara sang hyang widhi . Dengan daya cipta ini segala sesuatu dijadikan. Akan tetapi penjadian ini bukan terjadi sekaligus selesai, melainkan dengan perlahan-lahan melalui evolusi. Penciptaan disebut srsti, yaitu pengaliran keluar apa yang sudah ada secara potensial di dalam sang Hyang Widi.
Alam ini dipandang oleh Hinduisme sebagai diciptakan oleh dewa Brahma berkali-kali, kemudian mengalami kehancuran akibat kekuatan penghancur dari Siwa Mahakala. Dalam tiap-tiap penciptaan terdapat zaman-zaman yang mengandung 4 tingkatan (periode), yaitu:

1.      Kreta Yoga, adalah zaman terdapatnya kebahagiaan abadi.
2.      Dvapara Yoga, adalah zaman mulai timbulnya dosa/noda-noda.
3.      Treta Yoga, adalah zaman yang penuh sengsara dan merajalelanya dosa-dosa.
4.      Kali Yoga, adalah zaman yang penuh dengan kejahatan yang banyak menimpa umat manusia.
Periode ini dinamakan dengan periode penutup, maka timbullah masa Pralaya yaitu kehancuran total dari pada alam. Tetapi sesudah itu dewa Brahma menciptakan lagi dunia baru yang dimulai pada Malam Brahma yang digambarkan sebagai malam gelap gulita.
menurut ajaran Hindu, dalam rangka ciptaan (srsti) alam semesta, sang Hyang Widi dengan ke-Maha-Kuasaan-Nya dunia diciptakan secara perlahan-lahan (dengan proses evolusi). Pada hakekatnya, dari sang Hyang Widhi dan kembali kepadaNya pada waktu kiamat (pralaya) sebagai halnya dari badannya sendiri, kemudian pada akhirnya menarik kembali kedalam dirinya pada waktu pralaya. Tegasnya Tuhan Yang Maha Esa/Sang Hyang Widhi menciptakan alam semesta ini daripada diriNya sendiri, tetapi karena ke-Maha-Kuasaan-Nya, dirinya itu tetap sempurna.
“ Dari yang sempurna lahirlah yang sempurna, walaupun yang sempurna (Sang Hyang Widhi) diambil oleh yang sempurna (alam semesta) tetapi sisanya (Sang Hyang Widhi) tetap sempurna adanya”.
3.      Hubungan Manusia dan Alam
Hubungan manusia dan alam menurut hindu adalah salah satu konsep Rta dan Yajna dimana adanya pelambang hubungan timbal balik antara manusia dan alam dan berbagai ciptaan yang lain yang mana semua ciptaan itu mengandung arti yang sangat penting dan membutuhkan satu sama lain, yang mana hubungan itu saling memberi dan menerima.
Rta adalah bagian imanen (tak terpisahkan) dari alam. Manusia pada setiap tahap dalam kehidupannya dikuasai oleh fenomena dan hukum alam.Yajna merupakan hakikat hubungan antara manusia dengan alam yang terjadi dalam keadaan harmonis.Hubungan timbal balik antara manusia dan alam harus selalu dijaga karena satu sama lain saling membutuhkan. Maka dari itu konsep Rta dan Yajna sangatlah pentig bagi Agam hindu.

AJARAN BUDDHA DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM
1.      Ajaran Buddha tentang manusia
Manusia menurut ajaran buddha adalah pancakhanda atau lima kelompok yaitu:
a.      Rupakhandha (kegemaran akan wujud atau bentuk)
b.      Vedanakhandha (kegemaran akan perasaan)
c.       Sannakhandha (kegemaran akan penyerapan)
d.      Shankharakhandha (kegemaran bentuk-bentuk pikiran)
e.       Vinnanakhandha (kegemaran akan kesadaran)
Kelima kandha tersebut diringkas menjadi dua yaitu Nama dan Rupa. Nama mencakup bagian rohani sedangan Rupa adalah bagian jasmani.
menurut ajaran buddha tentang manusia sangat unik, karena adanya roh atau atma yang kekal abadi dalam diri mamusia. Manusia sendiri dianggap merupakan kumpulan dari kandha tanpa adanya roh atau atma didalamnya.
Atman merupakan ajaran yang mengatakan mbahwa tiada aku yang kekal atau tetap. Jika roh dianggap sebagai inti manusia berarti itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi suatu perkembangan atau kemunduran. Menurut pendapat Bertrand Russell “perbedaan lama antara roh dan tubuh telah usai, karena materi telah kehilangan spritualitasnya. Psikologi sudah menjadi ilmiah. Dalam psikologi modern kepercayaan akan kekekalan tidak mendapat suatu dukungan dari ilmu pengetahuan”. Agama buddha sangat setuju dengan pendapat Bertrand Russell yang berkata “jelas terdapat beberapa alasan dimana aku sekarang merupakan orang yang sama sama dengan aku kemaren, seperti contoh: bila aku melihat seseorang dan mendengar dia berbicara maka terdapat suatu pengertian dimana “aku” yang mendengarnya. Dimana Atma ini diterangkan dalam 3 tingktan
1.      Tidak terlalu mementingkan dirinya sendiri.
2.      Kita tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja.
3.      Bila tingkatan pengetahuan bahwa jasmani dan batinnya sendiri adalah tanpa aku.
Tidak ada yang dapat berdiri sendiri karena badan maupun batin tergantung dengan dari banyak faktor. Maka yang dinamakan “diri” adalah hanyalah sekumpulan faktor fisik dan mental yang terkondisi dan selalu banyak perubahan, tidak ada unsur yang nyata atau konkrit di dalam kita. Dengan menyadari di atas maka  akan lebih mudah tumbuh, belajar, berkembang, dll maka dari itulah tidak ada rasa yang bisa membentengi diri. Agama buddha tidak menolak sama sekali adanya suatu kepribadian dalam suatu pengertian empris. Agama buddha hanya bermaksud menunnjukan bahwa roh itu kekal dan tidak ada di dalam suatu pengertian yang muthlak. Manusia sendiri selalu berada dalam dukkha karena hidup menurut ajaran buddha adalah selalu keadaaan dukkha, yang mana diajarkan dalam catur Arya Satyani tentang hakikat dukkha. Ada 3 macam tentang dukkha yaitu:
1.      Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha)
2.      Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan (viparinamadukkha)
3.      Dukkha sebagai keadaan yang saling bergantungan (sankharadukkha)

2.      Ajaran Buddha tentang Alam
Dalam bahasa pali, alam semesta disebut loka, menurut ajaran buddha, seluruh alam ini adalah penciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu disebut sebagai sankhata dharma yang berarti ada, kyang tidak muthlak.
Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah arus perubahan dari suatu keadaan yang menjadi keadaan yang lain menjadi berurutan. Maka dari itu Alam semesta adalah sankhara yang bersifat tidak kekal.
Ada tiga tradisi pikiran mengenai asal muasal dunia yaitu:
1.      Tradisi pemikiran ini menyatakan bahwa dunia ini ada karena alam tetapi alam bukan suatu kekuatan dan bagaimanapun alam akan bekerja denagn caranya sendiri dan terus berubah.
2.      Bahwa dunia ini diciptakan oleh tuhan yang mahakuasa yang mana akan bertanggung jawab tentang segala sesuatu.
3.      Bahwa awal dunia dan kehidupan ini tidak bisa dibayangkan karena hal itu tidak memiliki awal dan akhir.
Ajaran buddha ini sesuai dengan tradisi pemikiran yang ke-tiga karena Bertrand Russell berkata “ sama sekali tidak ada alasan untuk menganggap bahwa dunia ini memiliki suatu permulaan. Bahwa segala sesuatu harus memiliki permulaan benar-benar karena miskinya  pikiran kita.”Terjadinya alam ini dikaitan dengan hukum pattica-samuppada. Artinya  adalah “muncul bersamaan karena syarat berantai” atau pokok “permulaan sebab akibat yang saling bergantungan.Hukum patticasamuppada sendiri ada 4 yaitu:
1.      Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
2.      Dengan timbulnyainin, maka timbullah itu.
3.      Dengan tidak adanya ini, maka tidak adanya itu.
4.      Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.

3.      Konsep alam surga dan neraka

surga adalah tempat sementara yang mana orang-orang berbuat baik kepada orang lain. Neraka adalah tempat semantara yang mana orang-orang berbuat kejahatan terhadap orang lain. Menurut agama buddha tentang surga dan neraka, surga adalah dimana orang yang lebih banyak kesenangan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di tempat keberadaan lain, yang mana mereka sangat menikmati kehidupan. Sedangakan Neraka adalah dimana orang itu selalu berbuat jahat dan lebih banyak penderitaan, baik di dunia maupun di tempat lain, maka dari itu Nerakalah tempat bagi orang-orang yang banyak pederitaan dan kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar