KEADAAN POLITIK,
SOSIAL, EKONOMI DAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT ZAMAN KERAJAAN KERAJAAN DI
INDONESIA
1.
KERAJAAN MAJAPAHIT
A.
Keadaan politik
Kerajaan Majapahit
merupakan kerajaan yang menjalakan politik bertetangga yang baik dengan
kerajaan yang asing misalnya saja kerajaan China yaitu Ayodya (siam), kerajaan
Kamboja dan kerajaan Champa. Yang terbukti kerajaan maja pahit sering mengirim
utusan persahabatan beberapa kali sekitar tahun 1370-1381. Yang mana hal ini
diketahui dari berita Krinik China dari dinasti Ming.
Raja kerajaan Majapahit sebagai negarawan
ulung juga sebagai politikus-politikus yang handal. Hal ini dibuktikan oleh
Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha Patih Gajahmada dalam usahanya mewujudkan
kerajaan besar, tangguh dan berwibawa. Struktur pemerintahan di pusat
pemerintahan Majapahit :
1) Raja
2) Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda)
3) Rakryan Mahamantri Katrini
Ø Mahamantri i-hino
Ø Mahamantri i –hulu
Ø Mahamantri i-sirikan
4.) Rakryan Mahamantri ri Pakirakiran
Ø Rakryan Mahapatih (Panglima/Hamangkubhumi
Ø Rakryan Tumenggung (panglima Kerajaan)
Ø Rakryan Demung (Pengatur Rumah Tangga
Kerajaan)
Ø Rakryan Kemuruhan (Penghubung dan tugas-tugas
protokoler) dan
Ø Rakryan Rangga (Pembantu Panglima)
5.) Dharmadyaka
yang diduduki oleh 2 orang, masing-masing dharmadyaka dibantu oleh sejumlah
pejabat keagamaan yang disebut Upapat. Pada masa hayam Wuruk ada 7 Upapati.
Selain pejabat-pejabat yang telah disebutkan
dibawah raja ada sejumlah raja daerah (paduka bharata) yang masing-masing
memerintah suatu daerah. Disamping raja-raja daerah adapula pejabat-pejabat
sipil maupun militer. Dari susunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa
sistem pemerintahan dan kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat
teratur.
B. System Ekonomi, Budaya dan Social
Hubungan persahabatan yang dijalin dengan
negara tentangga itu sangat mendukung dalam bidang perekonomian (pelayaran dan
perdagangan)
Wilayah kerajaan Majapahit terdiri atas pulau dan daerah kepulauan yang
menghasilkan berbagai sumber barang dagangan. Barang dagangan yang dipasarkan
antara lain beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas
dan kayu cendana.
Dalam dunia perdagangan, kerajaan Majapahit
memegang dua peranan yang sangat penting.
Sebagai kerajaan Produsen – Majapahit mempunyai wilayah yang sangat luas dengan kondisi tanah yang sangat subur. Dengan daerah subur itu maka kerajaan Majapahit merupakan produsen barang dagangan.
Sebagai kerajaan Produsen – Majapahit mempunyai wilayah yang sangat luas dengan kondisi tanah yang sangat subur. Dengan daerah subur itu maka kerajaan Majapahit merupakan produsen barang dagangan.
Sebagai Kerajaan Perantara – Kerajaan
Majapahit membawa hasil bumi dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya.
Keadaan masyarakat yang teratur mendukung terciptanya karya-karya budaya yang
bermutu. bukti-bukti perkembangan kebudayaan di kerajaan Majapahit dapat
diketahui melalui peninggalan-peninggalan berikut ini :
Candi : Antara lain candi Penataran (Blitar),
Candi Tegalwangi dan candi Tikus (Trowulan).
Sastra : Hasil sastra zaman Majapahit dapat
kita bedakan menjadi
Sastra Zaman Majapahit Awal
Sastra Zaman Majapahit Awal
§ Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca
§ Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular
§ Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular
§ Kitab Kunjarakarna
§ Kitab Parhayajna
Sastra Zaman Majapahit Akhir
§ Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis
dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang
(kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa). Hasil sastra
terpenting antara lain :
§ Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja
Singasari dan Majapahit
§ Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa
Bubat
§ Kitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan
sora
§ Kitab Ranggalawe, isinya tentang
pemberontakan Ranggalawe
§ Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat
Raden Wijaya sampai menjadi raja
§ Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan
Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke
Gelgel dan penumpasan raja raksasa bernama Maya Denawa.
§ Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan
di Pulau Bali.
Selain kitab-kitab tersebut masih ada lagi
kitab sastra yang penting pada zaman Majapahit akhir seperti Kitab Paman
Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Babhulisah, Tantri Kamandaka
dan Pancatantra.
2.
KERAJAAN KUTAI
A.
Kehidupan
Politik
Dalam kehidupan politik
seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah
Mulawarman, ia putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.Dalam
prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa
Ansuman/dewaMatahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga
raja.Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang
sebagai pendiri keluargaatau dinasti dalam Agama Hindu. Untuk itu para ahli
berpendapat Kudungga masih nama Indonesiaasli dan masih sebagai kepala suku, ia
yang menurunkan raja-raja Kutai.Dari penjelasan uraian materi tersebut di atas,
apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham, simak uraian
berikutnya :Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/ erat antara
Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana,
seperti yang dijelaskan
dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi
kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernamaWaprakeswara. Dengan
adanya istilah Waprakeswara, tentu timbul pertanyaan dalam diri Anda,apa yang
dimaksud dengan Waprakeswara?Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa
Syiwa. Di pulau Jawa disebut Baprakewara.
B.
Kehidupan
Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi,
tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti
bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan
tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan
Brahmana.Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila
emas dan sapi tersebut di datangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa
kerajaan Kutai telah melakukan kegiatandagang.
C.
Kehidupan
Budaya
Dalam kehidupan budaya
dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini
dibuktikan melaluiupacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau
disebut upacara Vratyastoma.UpacaraVratyastoma dilaksanakan sejak
pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masihmempertahankan ciri-ciri
keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para
ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa
Mulawarmankemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh
pendeta/kaum Brahmana dariorang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana
asli orang Indonesia membuktikan bahwakemampuan intelektualnya tinggi, terutama
dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta padadasarnya bukanlah bahasa
rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaumBrahmana
untuk masalah keagamaan
3.
KERAJAAN TARUMANEGARA
A. Kehidupan
Ekonomi
Masyarakat Tarumanegara mengutamakan bidang pertanian
sebagai sumber mata pencaharian mereka. Mereka berladang secara
berpindah-pindah. Selain itu, bidang pelayaran dan perdagangan tidak kalah
penting dalam perekonomian Tarumanegara.
Dalam prasasti Tugu, dinyatakan bahwa raja Purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Terusan ini (Gomati dan Candrabhaga) dibangun oleh golongan budak dan kaum
sudra. Pada akhirnya terusan ini selain berfungsi sebagai sarana pencegah
banjir, juga berfungsi sebagai sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar
daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan daerah lain di luar kerajaan.
Berdasarkan catatan Fa-Hien, seorang musafir Cina, masyarakat Tarumanegara
memperdagangkan beras dan kayu jati.
B. Kehidupan
Sosial
Masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap
gotong royong,berdasarkan isi dari prasasti Tugu. Kehidupan sosial Kerajaan
Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya Raja Purnawarman
untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Beliau sangat memperhatikan
kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara
korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para
dewa.
Pengkastaan di Kerajaan Tarumanegara tidak jauh berbeda
dengan yang ada di Kerajaan Kutai. Golongan brahmana bertugas mengatur tugas
keagamaan. Kaum kesatria merupakan golongan bangsawan (raja dan kerabat).
Sedangkan golongan terbesar meliputi para petani, peternak, pemburu, pelaut dan
nelayan.
C. Kehidupan
Agama
Kepercayaan yang dianut warga di dalam Kerajaan
Tarumanegara yaitu Hindu, tepatnya Hindu Wisnu. Sebagai bukti, pada prasasti
Ciareteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Sedangkan
agama yang dianut warga di luar kerajaan ada beberapa. Seperti yang dinyatakan
oleh Fa-Hien, dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi, menceritakan bahwa saat
mengunjungi Jawadwipa, dia hanya menjumpai sedikit orang beragama
Buddha. Kebanyakan masyarakat menganut kepercayaan Hindu dan “beragama kotor”
(maksudnya animisme).
4.
KERAJAAN
SINGASARI
Dalam kitab Pararaton
disebutkan bahwa Ken Arok (Angrok) atas perintah Berihiang menyerang
Kediri pada tahun 1222, dan berhasil mengalahkan Kertajaya.
Ken Arok selanjutnya
mendirikan kerajaan Singosari pada tahun 1222 M (abad ke-13 M)
dengan pusat pemerintahannya di sekitar Kota Malang (Jawa Timur).
Sesuai dengan kepercayaan masyarakat pada
aman itu, dalam kitab Pararaton dikisahkan bahwa Ken Arok adalah anak
Dewa Brahma. Atas bantuan pendeta
Lohgawe, Ken Arok bekerja pada akuwu (bupati) Tumapel
(Malang) yang bernama Tunggul Ametung.
Tidak menutup kemungkinan, Ken Arok itu ada hubungannya dengan Tunggul Ametung, Sebagaimana diketahui, ayah dari Ken Arok masih dipertanyakan, yang ada hanya legenda tentang siapa ayah Ken Arok. Ketika bekerja di sana, Ken Arok menjalin hubungan asmara dengan istri muda Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Kemudian Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, lalu menikahi Ken Dedes yang sedang hamil, dan sekaligus menjadi Akuwu Tumapel yang baru. Silsilah Ken Arok dan keluarganya dapat digambarkan sebagai berikut.
Tidak menutup kemungkinan, Ken Arok itu ada hubungannya dengan Tunggul Ametung, Sebagaimana diketahui, ayah dari Ken Arok masih dipertanyakan, yang ada hanya legenda tentang siapa ayah Ken Arok. Ketika bekerja di sana, Ken Arok menjalin hubungan asmara dengan istri muda Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Kemudian Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, lalu menikahi Ken Dedes yang sedang hamil, dan sekaligus menjadi Akuwu Tumapel yang baru. Silsilah Ken Arok dan keluarganya dapat digambarkan sebagai berikut.
|
Pada masa itu Tumapel
merupakan daerah kekuasaan Kediri (Daha). Raja Kertajaya berselisih dengan para
pendeta (Brahmana), kemudian para Brahmana ini meminta perlindungan kepada
Ken Arok yang menjabat sebagai Akuwu di Tumapel. Kesempatan
ini digunakan Ken Arok untuk menggulingkan kekuasaan Kediri.
Pada pertempuran di Ganter (1222), Kertajaya dapat dikalahkan. Seluruh
wilayah bekas Kerajaan Kediri dikuasai.
Di atas kekuasaannya ini,
Ken Arok menyatakan diri sebagai raja baru dengan gelar Sri Ranggah
Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Nama Tumapel diganti menjadi Singosari.
Ken Arok hanya memerintah lima tahun (1222-1227). Dari perkawinannya
dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang anak yaitu:
Mahisa Wongateleng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimba. Kemudian dari
perkawinannya dengan istri yang lain, yaitu Ken Umang,
Ken Arok mempunyai anak bernama Panji Tohjaya.
Pada tahun 1227 M,
Ken Arok dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati.
Anusapati ternyata anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung atau anak tiri
Ken Arok. Setelah membunuh Ken Arok, Anusapati menjadi
raja Singosari (1227-1248). Sepak terjang Anusapati ini didukung
oleh Mahisa Wongateleng, anak Ken Dedes dari Ken Arok.
Dengan meninggalnya Ken Arok, Tohjaya sebagai anak
Ken Arok dari Ken Umang ingin membalas kematian ayahnya. Untuk
itu, pada tahun 1248, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya.
Dengan terbunuhnya
Anusapati, Panji Tohjaya naik takhta menjadi Raja Singosari. Pada masa
pemerintahannya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggawuni serta
Mahisa Campaka (anak Mahisa Wongateleng). Panji Tohjaya berhasil melarikan
diri, tetapi ia meninggal di Katang Lumbang. Ranggawuni memberontak karena yang
berhak atas kerajaan sepeninggal Anusapati adalah Waninghyun, yaitu istrinya.
Dengan jatuhnya Tohjaya, maka Kerajaan Kediri yang dulunya merupakan
bawahan Singosari berhasil disatukan oleh Ranggawuni.
Ranggawuni
memerintah Singosari dari tahun1248-1268. Ia bergelar Sri Jaya
Wisnuwardhana. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia didampingi oleh Mahisa
Campaka (yang membantu Ranggawuni memberontak pada Panji Tohjaya) yang
berkedudukan sebagai perdana menteri dengan gelar Narasingamurti. Pada tahun
1268 M, Raja Wisnuwardhana meninggal.
Sepeninggal Wisnuwardhana,
tampuk pemerintahan kerajaan dipegang oleh putranya yang bernama Kertanegara.
Selanjutnya Kertanegara menjadi raja Singosari (1268-1292). Dalam bidang
politik, Kertanegara terkenal sebagai seorang raja yang mempunyai gagasan untuk
meluaskan kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Nusantara. Hal itu tampak,
ketika pada tahun 1275 M mengirimkan tentaranya ke Melayu. Ekspedisi itu
dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu.
Adapun tujuan ekspedisi ini
adalah untuk memperluas kekuasaannya di luar Jawa yaitu termasuk Melayu dan
Sriwijaya. Ekspedisi ini merupakan penjabaran dari pelaksanaan politik luar
negeri Kerajaan Singosari dalam rangka menahan serbuan tentara Mongol
dibawah pimpinan Kaisar Kubhilai Khan yang sedang melakukan perluasan wilayah
di Asia Tenggara.
Pada tahun 1280 dan 1281,
datang utusan Kubhilai Khan ke Singosari untuk meminta Singosari
tunduk dan takluk pada Kubhilai Khan. Akan tetapi perintah Kaisar Kubhilai Khan
itu ditolak oleh Kertanegara dengan melakukan penghinaan diplomatik (merusak
muka Meng Chi, utusan dari Kubhilai Khan). Kubhilai Khan sangat marah melihat
tindakan Kertanegara kepada utusannya.
Ia lalu mengirimkan
pasukannya ke Jawa untuk menyerang Singosari, sekaligus menghukum
Kertanegara. Keinginan Kubhilai Khan untuk menyerang
Kerajaan Singosari tidak terlaksana, karena pasukan Kubhilai Khan
baru tiba di Singosari pada tahun 1293 M, sementara Raja Kertanegara
yang dicari-cari telah meninggal pada tahun 1292 M akibat serangan dari
Jayakatwang (keturunan raja Kediri).
Menurut kitab Pararaton,
serangan Jayakatwang dilakukan pada bulan Mei dan Juni tahun 1292.
Pasukan Singosari yang pada saat itu dipimpin oleh menantu
Kertanegara dan cucu Mahisa Cempaka, Raden Wijaya, berhasil dipancing pasukan
Jayakatwang keluar dari keraton. Pasukan Jayakatwang berhasil masuk ke keraton
dan membunuh Raja Kertanegara serta para pembesar keraton. Dengan meninggalnya
Raja Kertanegara, berakhirlah Kerajaan Singosari.
Menurut Prasasti Kudadu,
setelah terbunuhnya Kertanegara, Raden Wijaya dan keempat istrinya serta
beberapa pengikutnya menyelamatkan diri dengan menyeberang ke Madura. Di
Madura, mereka diterima oleh Bupati Sumenep, Arya Wiraraja. Raden Wijaya
menyerang balik Jayakatwang, dengan memanfaatkan pasukan Kubhilai Khan yang
mendarat di Tuban yang bertujuan membalas penghinaan Kertanegara terhadap
utusan Kubhilai Khan.
Ia berhasil meyakinkan
pasukan Cina bahwa Raden Wijaya mau mengakui kedaulatan Kubhilai Khan, pasukan
Cina bersedia bergabung dengan pasukan Raden Wijaya untuk menghancurkan pasukan
Jayakatwang. Bersama-sama dengan pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya berhasil
mengalahkan Jayakatwang. Jayakatwang sendiri ditawan oleh pasukan Mongol dan
dibawa ke markas mereka di Ujung Galuh. Di tempat itu, Jayakatwang akhirnya
dibunuh.
Setelah sukses
menghancurkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang dan memukul mundur
tentara Mongol di Daha dan Canggu. Akibat serangan ini, lebih dari 3000 tentara
Mongol tewas dan sisanya melarikan diri dari Jawa untuk kembali ke negerinya.
Letak
kerajaan Singosari di tepi sungai Bengawan Solo. Hal ini memberikan
kesimpulan bahwa masyarakatnya aktif dalam kegiatan perekonomian pelayaran.
Selain itu, dengan suburnya bumi Jawa, maka sektor pertanian pun menjadi bagian
dari aspek perekonomian yang maju di Singosari beserta hasil buminya.
Ekspedisi Pamalayu yang dilakukan oleh Kertanegara merupakan salah satu bukti
bahwa negara berusaha meningkatkan kehidupan ekonominya dengan menguasai jalur
perdagangan yang strategis.
Beberapa
Raja Singosari sangat memperhatikan kehidupan sosial rakyatnya,
termasuk Ken Arok. Jadi, wajar jika para Brahamana banyak meminta
perlindungan ketika bersengketa dengan Raja
Kediri. Namun, pada masa Anusapati, raja itu sibuk dengan kehidupan pribadinya,
sehingga kehidupan sosial masyarakatnya banyak yang terabaikan. Pada masa
pemerintahan Wishnuwardana, kehidupan sosial masyarakat kembali diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar